Aku (Berdasarkan Perjalanan Hidup dan Karya Penyair Chairil Anwar)
Karya : Sjuman Djaya
Penerbit : metafor publishing
"Bom
atom pertama meledak di kota Hiroshima. Langit berselaput awan cendawan
berbisa. Ketika memburai awan ini, bumi laksana ditimpa hujan salju yang ganas.
Gedung-gedung beton runtuh. Aspal-aspal jalan terbakar menyala.Bumi retak-retak
berdebu, di segala penjuru. Dan beribu tubuh manusia meleleh, tewas atau
terluka. Seekor kuda paling binal, berbulu putih dan berambut kuduk tergerai,
berlari di pusat kota, Jakarta! Tidak peduli pada yang ada, sekelilingnya, juga
tidak pada manusia. Dia meringkik alangkah merdekanya.
Dunia ini, seolah cuma menjadi miliknya!
Dan sekaligus seolah dia bicara :
Kalau sampai waktuku
Kumau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Gaung suara ini seolah membelah langit, membelah bumi."
Adegan-adegan film yang tergambar dalam skenario ini, tak pernah sempat
diwujudkan oleh sang penulis sekaligus sutradara, Sjuman Djaya. Niatnya untuk
mewariskan semangat penyair besar yang dikaguminya, Chairil Anwar, bagi para
penikmat sinema tak pernah nyata.
Namun, tak dapat disangkal, bahwa skenario ini merupakan salah satu karya
terpenting Sjuman Djaya yang mampu menempatkannya di jajaran para seniman besar
Indonesia.
Buku ini mengisahkan tentang kehidupan Chairil Anwar, merupakan seorang penyair
Melayu kelahiran Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922. Beliau merupakan seorang
penyair hebat yang karyanya tidak pernah dihargai oleh para kritikus di semasa
hidupnya.
Ia dianggap sebagai seniman yang bombastis, liar, dan penyair yang di zaman itu
merusakkan nilai-nilai sastra dengan bahasa yang lugas tanpa dihias-hias.
Tetapi setelah dia wafat di Jakarta, 28 April 1949, semua kritikus memujinya dan
mengakuinya sebagai pelopor pembaruan seni sastra di Indonesia.
Ia memulai karirnya pada masa penjajahan Jepang yang sumpek dan penuh tekanan.
Tetapi dia dapat mengatasi kesulitan lingkungan hidup pada saat itu dan
menciptakan lingkungan kreatifnya sendiri.
Panorama dunia seni sastra Indonesia segera berubah setelah Chairil Anwar hadir
dengan karya-karyanya. Ia telah membuka kesadaran pada seniman sezamannya dan
sesudah zamannya.
Orang boleh suka atau tidak suka kepadanya, tetapi telah terbukti dan harus
diakui, bahwa ia adalah salah satu dinamisator bagi kehidupan kebudayaan
bangsanya.
Buku ini ditulis oleh Sjuman Djaya untuk memfilmkan kehidupan penyair misterius
ini yang mati muda pada usia 27 tahun. Malangnya, pengarang ini pun akhirnya
meninggal dunia sebelum sempat karya ini difilmkan di layar lebar.
Sjuman Djaya
foto kutipan buku AKU
No comments:
Post a Comment
TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG